Industri kreatif di Indonesia berkembang kian pesat, apalagi telah terbukti bisa bertahan lewat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Berdasarkan knowledge OPUS Ekonomi Kreatif 2020, sektor ekonomi kreatif Indonesia berkontribusi sejumlah Rp1.211 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan dari th. 2019, yang berjumlah Rp1.105 triliun.

Salah satu subsektor dari industri ini adalah periklanan atau advertising. Menurut kemenparekraf.go.id, iklan masih jadi medium paling efisien untuk memasarkan barang dan jasa. Potensi sektor ini pun tergolong terlalu besar, bersama pertumbuhan membeli iklan nasional yang meraih 5-7% tiap tiap tahunnya.

Advertising agency atau agensi periklanan adalah sebuah perusahaan jasa yang bertugas untuk merancang dan menggerakkan iklan-iklan tersebut.  Dengan kata lain, agency adalah penyampai pesan dari perusahaan ke masyarakat. Pesan yang dimaksud bisa bersifat informasi, promosi, sampai ajakan untuk coba serta membeli product atau jasa yang mereka pasarkan.

Tugas dan peran creative di Advertising Agency

Agar sebuah pesan bisa di terima oleh masyarakat, tentu cara menyampaikannya pun harus efektif. Di sinilah departemen kreatif suatu ad agency berperan penting.

Sebuah tim kreatif dituntut untuk tetap miliki ide-ide segar, agar bisa menciptakan iklan-iklan yang unik dan menarik. Iklan-iklan ini nantinya bakal ditampilkan di tempat ATL (Above The Line) layaknya televisi, tempat cetak atau radio; BTL (Below The Line) layaknya event, sponsorship dan materi POS (point of sale); sampai tempat digital.

Lalu, bagaimanakan alur kerja atau proses departemen kreatif di dalam membuat iklan?

Siapa sajakah anggota dari divisi creative?

Secara kasar, struktur jabatan di dalam departemen kreatif bisa digambarkan sebagai berikut:

Creative Director

Seorang creative agency Indonesia director bertanggung jawab penuh atas hasil rencana kreatif yang diajukan oleh timnya. Ia bertugas untuk menerima dan membagi beban pekerjaan yang ada, beri tambahan panduan serta membimbing timnya untuk meraih kualitas yang diharapkan.

Associate Creative Director / Creative Group Head

Dalam menggerakkan tugasnya, creative director bakal dibantu oleh associate creative director. Namun tersedia pula agency yang men-skip jabatan ini agar langsung ditugaskan terhadap creative group head. Kebijakan ini bakal berbeda di tiap agency.

Dalam sebuah tim, creative director biasanya miliki beberapa group head.

Setiap group head memimpin kerja pasangan art director dan copywriter, sekaligus memastikan semua deadline selesai tepat waktu.

Art Director

Dalam kesehariannya, art director bakal ber-partner bersama seorang copywriter di dalam mengerjakan brief-brief yang diberikan.

Seorang art director bertanggung jawab bakal segi visual di dalam sebuah iklan, baik itu elemen desain gambar, foto, atau layout. Ia terhitung bertugas untuk mengarahkan sekaligus bekerjasama bersama graphic designer serta visualizer untuk mewujudkan rencana visual yang dibuatnya.

Copywriter

Bila art director bertugas untuk ‘membangun’ sebuah visual yang menarik, seorang copywriter berperan untuk merangkai kalimat yang menyertai materi tersebut.

Kata-kata yang ditulis pun harus menarik target audience yang dituju, dan membuat pembacanya untuk coba atau membeli product yang diiklankan.

Graphic Designer / Visualizer

Setelah copywriter dan art director menciptakan ide dan rencana basic dari sebuah iklan, proses eksekusi iklan tersebut (khususnya di dalam iklan cetak atau print ad) bakal dibantu oleh graphic designer. Graphic designer bakal bekerja sesuai panduan (direction) dari art director-nya.

Ia harus bisa menerjemahkan ide-ide tersebut jadi sebuah layout yang terintegrasi, baik dari segi gambar, foto maupun tulisan. Dalam jenjang karirnya, seorang graphic designer bakal terlalu bisa saja untuk kelak dipromosikan sebagai art director.

Lalu, apakah yang dimaksud bersama ‘junior’ creative?

Level seorang Art Director/ Copywriter / Graphic Designer dibagi jadi tiga, yaitu:

1. Junior

2. Mid – Level

3. Senior

Ketiga level tersebut dibedakan berdasarkan pengalaman kerja, jam terbang, tanggung jawab dan pada akhirnya berpengaruh terhadap besarnya gaji yang diberikan. Junior Art Director/ Copywriter/ Graphic Designer biasanya adalah seorang segar graduate atau mereka yang memiliki pengalaman kerja tidak cukup dari dua th. di bidang tersebut.

Walaupun masih minim pengalaman, seorang junior creative tetap diakui sebagai suatu anggota mutlak di dalam timnya. Karena masih berusia relatif muda, kalian bakal diakui miliki pandangan atau pola pikir yang fresh, serta tanggap terhadap teknologi dan tren-tren terkini.

Bagaimana keseharian dan tantangan yang dihadapi seorang (junior) creative?

Dunia kerja ahensi (sebutan keren untuk agency) memang unik, berbeda bersama dunia korporat kebanyakan.

Kalau kalian idamkan terjun ke per-ahensi-an bersama mengawalinya sebagai seorang junior creative, bersiaplah untuk menghadapi hal-hal berikut:

1. Outfit enjoy suka-suka

Beda bersama pekerja kantoran lainnya, kamu tidak bakal diwajibkan untuk Mengenakan jas, kemeja, celana bahan dan sepatu heels atau pantofel. ‘Seragam kebangsaan’ anak-anak ahensi adalah kaos (mayoritas berwarna hitam) dan celana jeans, dilengkapi jaket serta sneakers kekinian kesayangan.

Kebebasan mengenakan pakaian diakui sebagai keliru satu cara untuk memupuk kebebasan berkreasi. Kamu bisa bebas bergaya sesukamu dan senyamanmu. Namun andaikan bakal berjumpa bersama klien, harus rapi ya, minimal kemeja dan celana panjang.

2. Jam kerja fleksibel, tetapi sering lembur

Meskipun di kantor tersedia jam kerja ‘resmi’ dari pukul 09.00 – 17.00, nampaknya perihal ini jarang berlaku bagi divisi kreatif. Seringkali brief berkunjung tiba-tiba, bersama deadline yang terhitung mepet. Akibatnya, kerja lembur pun jadi suatu normalitas yang tidak bisa dihindari.

Setelah lembur sampai malam (kadang sampai pagi atau dini hari), keesokan harinya pun para kreatif diijinkan untuk berkunjung agak siang. Dengan demikian, jam kerja jadi tidak teratur. Asalkan semua pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu, kamu bebas memilih jam kerjamu.

3. Revisi yang (terasa) tak kunjung usai

Setelah mengajukan sebuah rencana kreatif, klien tidak bakal serta merta langsung meng-approve hasil kerja kalian. Pasti bakal tersedia sejumlah pemintaan penyesuaian dan perubahan, yang dikenal bersama istilah ‘revisi’.

Bahkan setelah berhasil di-approve pun, tentu bakal tersedia serangkaian revisi yang menyertai proses eksekusinya. Revisi ini pun kadang berkunjung di saat yang tak terduga, bersama deadline saat yang mengejutkan. Alhasil, kalian harus tetap tanggap dan cepat mengerjakannya, dimanapun dan kapanpun.

4. Menghadapi beragam macam model klien

Klien atau pengiklan yang bakal dihadapi pun miliki beragam macam jenis dan kepribadian. Kalian untungkan andaikan miliki klien yang asyik dan sepemikiran, agar nyaman untuk diajak bekerjasama. Tapi, kalian terhitung harus siap menghadapi klien yang demanding dan perfeksionis.

5. Rekan-rekan kerja yang asyik dan unik

Departemen kreatif biasanya diisi oleh anak-anak muda, atau mereka yang berjiwa muda. Jarang tersedia cerita persaingan sengit atau sikut-sikutan untuk meraih sesuatu. Maksimal adu pendapat saat sesi brainstorm, itu pun di dalam konteks mencari solusi terbaik atas suatu brief pekerjaan.

Di bidang kreatif, semua orang harus saling berkolaborasi untuk menciptakan suatu ide yang fresh, dan ide tersebut bisa berkunjung dari siapa saja. Itulah mengapa semua pendapat bakal dihargai. Dengan fleksibelnya jam kerja, otomatis rekan-rekanmu pun bakal jadi teman-teman nongkrongmu. Di sinilah kesempatanmu untuk memperluas wawasan dan networking.

6. Tapi…kadang tak semua orang mengerti

Kalau ditanya oleh orang-orang awam berkenaan pekerjaanmu, tak semua orang bakal mengerti bersama pasti. Contohnya:

Tante X: “Sekarang kerja di mana?”

Kamu: “Di agency, tante.”

Tante X: “Oh agency model ya? Boleh dong orbitin anak tante.”

Atau:

Bude Y: “Kamu kerja jadi apa sekarang?”

Kamu: “Copywriter, Bude.”

Bude Y: “Sekolah tinggi-tinggi kok jadi tukang foto copy?!”

Sering juga:

Om Z: “Jadi apa sekarang kerjanya?”

Kamu: “Art Director, Om”

Om Z: “Wuihh masih muda telah jadi direktur? Hebaat…”

Kamu (dalam hati): “Aminin dulu deh.”

Belum lagi jam kerja yang tidak cukup teratur, layaknya berangkat siang atau pulang larut malam. Pasti bakal jadi pertanyaan orang tempat tinggal dan tetangga. Namun tidak apa-apa, suatu saat kamu bakal membuktikan terhadap orang-orang di sekitarmu, kalau kamu bisa sukses.

Lalu, bagaimana tips agar berhasil berkarir di bidang creative?

1. Pertama, perkaya pengalaman bersama magang

Kegiatan magang memang miliki banyak manfaat, yang utama tentu menaikkan pengalaman. Dengan magang di divisi creative sebuah agency, kamu bakal mulai berlatih untuk berpikir secara kreatif, dan coba untuk membiasakan diri bersama workflow yang ada.

2. Selalu aware bersama tren dan pertumbuhan teknologi

Untuk bisa membuat iklan yang menarik bagi target audience suatu produk, dibutuhkan ilmu bakal insight atau pemahaman perilaku, serta tren yang tengah digemari oleh banyak orang.Dunia digital yang tetap berkembang membuat penyebaran informasi atau pesan makin lama cepat dan meluas. Pelajarilah seluk beluknya secara mendalam (terutama kalau kamu bekerja di digital agency), agar kamu bisa memanfaatkannya bersama lebih baik.

3. Terus asah kreativitas

Bekali dirimu bersama keterampilan serta wawasan yang luas. Seorang creative bakal tetap dituntut untuk tetap berpikir out-of-the-box. Ikuti pertumbuhan iklan atau campaign dari brand-brand besar di semua dunia untuk memperbanyak referensimu.  

Inspirasi bisa berkunjung dari mana saja, jadi rajin-rajinlah browsing youtube, pinterest atau social tempat lainnya. Jangan lupa untuk mencatat ide-idemu.

4. Temukan mentor yang bisa membimbingmu

Di sebuah advertising agency, kamu bakal berkesempatan untuk berinteraksi, atau apalagi bekerjasama bersama para expert yang telah memiliki pengalaman di bidangnya. Temukan satu sosok yang menurutmu bisa membimbingmu untuk tetap berkembang.

Jangan malu-malu untuk bertanya atau sebatas berbagi ide dan pemikiran. Amati cara kerjanya, dan ambil hal-hal positif yang bisa kamu tiru.

5. Menyusun portfolio yang keren

Portfolio adalah kumpulan hasil-hasil karya yang dulu kamu buat, dan bisa menggambarkan skill serta kompetensi yang kamu miliki. Kumpulkan karya-karyamu di dalam satu wadah, bisa di dalam wujud dokumen atau website. Portfolio ini adalah ‘bekal’-mu di era depan, untuk mengajukan promosi atau melamar kerja di agency impianmu.

6. Tahan banting!

Yang terakhir dan bisa jadi paling penting, jangan ringan menyerah. Ide tidak diterima klien? Cari lagi sampai dapat. Revisi berkali-kali? Sudah biasa. Semua ‘cobaan’ yang kamu menghadapi bakal membuatmu jadi teristimewa yang lebih tangguh.

Meskipun jabatanmu masih ‘junior’, jangan dulu mulai rendah diri atau gak pede saat berhadapan bersama klien atau para seniormu. You are here to work plus learn, just like the others. Ambil tiap tiap peluang yang diberikan dan belajar dari tiap tiap kesalahan, agar kamu bisa tetap berkembang.  

Menjadi seorang junior creative memang tidak mudah, tetapi bakal banyak pelajaran serta pengalaman yang bakal didapatkan. Bila kamu bisa melewatinya, tentu kamu bakal berkesempatan untuk mendaki ke jenjang karir yang lebih tinggi. Cobalah untuk browsing id.prosple.com untuk mendapatkan peluang kerja yang sesuai bersama passion dan cita-citamu.

By Bilal